4 Kemampuan Komunikasi merupakan salah satu keterampilan paling penting dalam kehidupan manusia. Tanpa komunikasi yang efektif, hubungan antarmanusia bisa menjadi kacau, penuh kesalahpahaman, dan bahkan berujung pada konflik. Namun, komunikasi bukan sekadar tentang berbicara atau menyampaikan pesan. Ada banyak aspek yang perlu diperhatikan agar komunikasi bisa berjalan lancar, efektif, dan membawa dampak positif bagi semua pihak.
4 Kemampuan Komunikasi yang Wajib Dikuasai
4 kemampuan komunikasi yang wajib dikuasai untuk membangun hubungan yang lebih baik, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Keempat kemampuan ini meliputi: kemampuan mendengarkan, komunikasi non-verbal, pengelolaan emosi, dan komunikasi asertif.
1. Kemampuan Mendengarkan
Mendengarkan merupakan fondasi dari komunikasi yang efektif. Sayangnya, banyak orang menganggap mendengarkan sebagai hal yang sepele. Padahal, mendengarkan bukan sekadar diam saat orang lain berbicara. Mendengarkan yang efektif melibatkan kesadaran penuh, empati, dan keinginan untuk benar-benar memahami apa yang disampaikan oleh lawan bicara.
Penelitian yang dilakukan oleh Wright (2011), mendengarkan secara aktif dapat meningkatkan kualitas hubungan interpersonal karena membuat lawan bicara merasa dihargai dan dipahami. Mendengarkan aktif melibatkan beberapa langkah, seperti:
- Menahan diri untuk tidak memotong pembicaraan.
- Memberikan respons yang sesuai, seperti mengangguk atau mengulang kembali poin-poin penting yang disampaikan.
- Bertanya untuk memperjelas pemahaman.
Contoh sederhana dari mendengarkan aktif adalah ketika temanmu bercerita tentang masalahnya. Alih-alih langsung memberikan solusi, cobalah untuk benar-benar memahami perasaannya dengan mengatakan, “Aku mengerti kamu sedang merasa frustrasi. Apa ada hal lain yang ingin kamu ceritakan?”
Kemampuan mendengarkan juga menjadi salah satu kunci kesuksesan para pemimpin hebat. Misalnya, Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru, dikenal karena kemampuannya mendengarkan dengan empati. Saat terjadi serangan teroris di Christchurch pada 2019, Ardern memilih untuk mendengarkan langsung keluh kesah komunitas Muslim sebelum mengambil tindakan lebih lanjut. Hal ini membuatnya dipuji sebagai pemimpin yang peduli dan memahami kebutuhan rakyatnya (Huffington Post, 2019).
2. Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi non-verbal sering kali diabaikan, padahal ini adalah aspek penting dalam menyampaikan pesan. Menurut Mehrabian (1971), hanya 7% dari komunikasi yang disampaikan melalui kata-kata, sementara 38% melalui nada suara dan 55% melalui bahasa tubuh. Artinya, apa yang kita katakan bisa memiliki makna yang berbeda tergantung pada bagaimana kita mengatakannya.
Beberapa elemen komunikasi non-verbal yang perlu diperhatikan meliputi:
- Menjaga kontak mata menunjukkan bahwa kita serius dan tertarik dengan pembicaraan.
- Senyum atau anggukan bisa membuat lawan bicara merasa nyaman.
- Postur yang terbuka (tidak menyilangkan tangan) menunjukkan sikap yang ramah dan menerima.
- Nada yang tenang dan jelas bisa membuat pesan lebih mudah dipahami.
Contoh penggunaan komunikasi non-verbal yang efektif bisa dilihat dari cara Steve Jobs mempresentasikan produk Apple. Saat meluncurkan iPhone pada 2007, Jobs tidak hanya mengandalkan kata-kata untuk menjelaskan fitur-fitur produknya. Dia menggunakan gerakan tangan, ekspresi wajah, dan nada suara yang penuh semangat untuk menarik perhatian audiens. Hal ini membuat presentasinya tidak hanya informatif, tetapi juga menghibur dan memikat (Isaacson, 2011).
3. Pengelolaan Emosi
Emosi merupakan bagian tak terpisahkan dari komunikasi. Namun, emosi yang tidak terkontrol bisa merusak komunikasi dan hubungan. Misalnya, ketika kita marah, kata-kata yang keluar bisa menyakiti perasaan orang lain. Sebaliknya, ketika kita terlalu takut atau cemas, kita mungkin kesulitan menyampaikan pesan dengan jelas.
Pengelolaan emosi adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengendalikan emosi diri sendiri serta merespons emosi orang lain dengan tepat. Menurut Goleman (1995), pengelolaan emosi adalah salah satu komponen penting dari kecerdasan emosional (emotional intelligence).
Beberapa cara untuk mengelola emosi dalam komunikasi meliputi:
- Mengambil napas dalam-dalam, ini bisa membantu menenangkan diri saat emosi mulai memuncak.
- Berpikir sebelum berbicara akan memberikan jeda sejenak sebelum merespons bisa mencegah kata-kata yang tidak perlu.
- Menggunakan kata-kata yang positif, alih-alih mengatakan, “Kamu selalu salah,” cobalah mengatakan, “Aku merasa tidak nyaman dengan keputusan ini. Bisakah kita diskusikan lagi?”
Contoh pemimpin yang mampu mengelola emosi dengan baik adalah Barack Obama. Meskipun sering menghadapi tekanan dan kritik, Obama dikenal karena kemampuannya tetap tenang dan berkepala dingin. Hal ini membuatnya mampu mengambil keputusan yang tepat dan memimpin dengan bijaksana (Ogilvie, 2019).
4. Komunikasi Asertif
Komunikasi asertif adalah kemampuan untuk menyampaikan pendapat, keinginan, atau kebutuhan dengan jelas tanpa melukai perasaan orang lain. Ini berbeda dengan komunikasi agresif, yang cenderung memaksakan kehendak, atau komunikasi pasif, yang menghindari konflik dengan mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Menurut Alberti dan Emmons (2008), komunikasi asertif melibatkan tiga elemen utama:
- Kejelasan: Menyampaikan pesan dengan singkat dan jelas.
- Hormat: Menghargai pendapat dan perasaan orang lain.
- Ketegasan: Tidak ragu-ragu dalam menyampaikan pendapat.
Contoh komunikasi asertif adalah ketika kamu menolak ajakan teman dengan mengatakan, “Aku sangat menghargai ajakanmu, tapi aku sudah punya rencana lain hari ini. Mungkin lain kali kita bisa jalan bersama.” Dengan cara ini, kamu tetap menghargai ajakan temanmu tanpa mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Larry Page, salah satu pendiri Google, adalah contoh pemimpin yang menggunakan komunikasi asertif dengan efektif. Saat mempresentasikan misi Google kepada investor, Page menyampaikan pesan dengan singkat dan jelas: “Mengorganisir informasi dunia dan membuatnya dapat diakses serta berguna secara universal.” Pernyataan ini tidak hanya mudah dipahami, tetapi juga menunjukkan visi yang kuat dan jelas (Pollard, 2019).
Penutup
Para pemimpin hebat seperti Barack Obama, Jacinda Ardern, Steve Jobs, dan Larry Page telah membuktikan betapa pentingnya komunikasi yang efektif dalam mencapai kesuksesan. Mereka tidak hanya pandai berbicara, tetapi juga mampu mendengarkan, memahami, dan merespons dengan tepat.
Dengan memahami dan mengaplikasikan keempat kemampuan komunikasi ini, kamu tidak hanya akan menjadi komunikator yang lebih baik, tetapi juga membangun hubungan yang lebih harmonis dan bermakna dengan orang-orang di sekitarmu. Selamat berlatih dan semoga informasi ini bermanfaat ya.
Baca juga:
- Kepemimpinan Digital Menurut Para Ahli dan Contohnya
- Digital Marketing: Defenisi, Jenis, dan Strategi
- Ini 6 Perbedaan Soft Selling dan Hard Selling
- Customer Pain Point: Jenis, Cara Identifikasi dan Mengatasinya
Referensi
- Alberti, R. E., & Emmons, M. L. (2008). Your Perfect Right: Assertiveness and Equality in Your Life and Relationships. Impact Publishers.
- Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. Bantam Books.
- Huffington Post. (2019). Muslim Memuji Perdana Menteri Selandia Baru atas Empatinya.
- Isaacson, W. (2011). Steve Jobs. Simon & Schuster.
- Mehrabian, A. (1971). Silent Messages. Wadsworth.
- Ogilvie, A. J. (2019). Four Key Communication Skills for Leaders. University of Southern California.
- Pollard, T. (2019). The Compelling Communicator: Mastering the Art and Science of Exceptional Presentation Design. Congruity Press.
- Wright, K. (2011). Active Listening: Improving Communication in the Workplace. Journal of Business Communication, 48(1), 77-101.