Gaya kepemimpinan demokratis merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang memperhatikan kepentingan banyak orang dalam mengambil keputusan, gaya ini memfokuskan pada partisipasi aktif dari bawahan.
Dengan adanya budi pekerti , tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka(berpribadi), yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri. Inilah manusia beradab dan itulah maksud tujuan pendidikan dalam garis besarnya – Ki Hajar Dewantara
Pada artikel ini, kita akan membahas tentang konsep dasar gaya kepemimpinan demokratis, kelebihan dan kekurangan dari gaya kepemimpinan ini, cara menerapkannya, teori, dan faktor yang mempengaruhi.
Konsep Dasar Gaya Kepemimpinan Demokratis
Konsep dasar gaya kepemimpinan demokratis adalah bahwa pemimpin harus memfasilitasi proses pengambilan keputusan yang inklusif dan berpartisipasi, serta memastikan bahwa semua anggota organisasi memiliki kesempatan untuk berbicara dan terlibat dalam proses pembuatan keputusan.
Baca juga: Leadership style types: The Importance of Organizational Culture and Change Management
Pemimpin demokratis berfokus pada menciptakan lingkungan yang memungkinkan bawahannya untuk berkembang dan berpartisipasi secara aktif dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Kepemimpinan demokratis didasarkan pada beberapa prinsip utama, antara lain:
- Partisipasi aktif
- Komunikasi terbuka dan transparan
- Pendengaran aktif
- Pemecahan masalah bersama
- Pembuatan keputusan bersama.
Pemimpin demokratis memfasilitasi proses pengambilan keputusan yang inklusif dan berkolaborasi, dan memastikan bahwa bawahannya memiliki kesempatan untuk berbicara dan berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan.
Baca juga: Pemimpin Transformasional dan Perannya Menciptakan Inovasi
Menurut para ahli, gaya kepemimpinan ini sangat bermanfaat bagi organisasi, karena dapat membantu meningkatkan motivasi, loyalitas, dan rasa kebersamaan dalam organisasi.
Gaya kepemimpinan ini juga dapat memperkuat kinerja dan keberlangsungan organisasi, karena memfasilitasi proses pemecahan masalah yang inklusif dan kolaboratif.
Cara Menerapkan Gaya Kepemimpinan Demokratis dalam Organisasi
Berikut adalah beberapa cara menerapkan kepemimpinan demokratis dalam organisasi:
Komunikasi Terbuka
Komunikasi antara pemimpin dan bawahan serta antar bawahan dalam organisasi terbuka dan transparan. Pemimpin harus memfasilitasi diskusi dan diskusi yang inklusif dan memastikan bahwa semua anggota organisasi memiliki kesempatan untuk berbicara.
Partisipasi Aktif
Semua anggota organisasi memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Ini dapat dilakukan melalui survei, diskusi kelompok, atau pertemuan-pertemuan rutin.
Pendengaran Aktif
Memperhatikan dan memperkuat pendapat dan aspirasi bawahan, ini dapat dilakukan dengan mengundang bawahan untuk berbicara dan memberikan mereka ruang untuk mengekspresikan pendapat dan ide mereka.
Pemecahan Masalah Berkolaborasi
Bekerja sama dengan bawahan untuk menemukan solusi atas masalah yang dihadapi oleh organisasi. Ini dapat dilakukan melalui diskusi kelompok, brainstorming, atau proses pemecahan masalah lainnya.
Pembuatan Keputusan Bersama
Keputusan yang diambil adalah hasil dari diskusi dan konsensus bersama dari semua anggota organisasi. Pemimpin harus memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya berdasarkan pandangan pemimpin saja, tetapi juga berdasarkan pandangan dan pendapat bawahan.
Teori-Teori Tentang Gaya Kepemimpinan Demokratis
Berikut adalah beberapa teori tentang kepemimpinan demokratis:
Teori Situasional
Dipandang sebagai salah satu dari berbagai gaya kepemimpinan yang mungkin cocok untuk situasi tertentu, seperti saat memimpin kelompok dengan anggota yang sangat berpengalaman dan memiliki motivasi yang tinggi.
Teori Kontingensi
Dianggap paling efektif dalam situasi di mana bawahan memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi dan membutuhkan kreativitas dan partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Teori Transformasional
Dianggap efektif karena membantu menciptakan lingkungan yang inklusif dan kolaboratif, dan memungkinkan bawahan untuk merasa terlibat dan berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan.
Teori Partisipasi
Teori ini menyatakan bahwa gaya kepemimpinan paling efektif ketika bawahan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan memiliki peran aktif dalam menentukan arah organisasi.
Baca juga: Organizational Citizenship Behavior: Defenisi dan Konsep
Dalam teori ini, kepemimpinan demokratis dianggap paling efektif karena memungkinkan bawahan untuk mengekspresikan pendapat dan ide mereka, dan membantu membangun konsensus dan keterlibatan dalam organisasi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan Demokratis
Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhinya:
Karakteristik Pemimpin
Faktor ini termasuk kepribadian, kepercayaan, nilai, dan pandangan pemimpin terhadap gaya kepemimpinan demokratis. Kepribadian yang sesuai dengan kepemimpinan demokratis, seperti empati, keterbukaan, dan kejujuran, akan membantu memfasilitasi gaya kepemimpinan demokratis.
Karakteristik Bawahan
Faktor ini termasuk tingkat kemampuan, motivasi, dan keterlibatan bawahan dalam organisasi. Bawahan yang memiliki tingkat kemampuan dan motivasi yang tinggi akan lebih menerima dan mampu berpartisipasi dalam gaya kepemimpinan demokratis.
Lingkungan Organisasi
Faktor ini termasuk budaya, struktur, dan sistem organisasi. Lingkungan yang inklusif dan terbuka akan memfasilitasi gaya kepemimpinan demokratis, sementara lingkungan yang terlalu formal dan terpusat pada hierarki akan membatasi kepemimpinan demokratis.
Tujuan dan Misi Organisasi
Faktor ini termasuk visi, misi, dan tujuan organisasi. Organisasi yang memiliki tujuan dan misi yang jelas dan memfokuskan pada kolaborasi dan partisipasi bawahan akan lebih menerima kepemimpinan demokratis.
Tingkat Kepercayaan dan Komunikasi
Faktor ini termasuk tingkat kepercayaan antara pemimpin dan bawahan, dan kualitas komunikasi dalam organisasi. Kepercayaan dan komunikasi yang baik akan membantu memfasilitasi gaya kepemimpinan demokratis.
Kesimpulan
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang menekankan partisipasi dan kolaborasi antara pemimpin dan bawahan. Dalam gaya kepemimpinan demokratis, pemimpin memfasilitasi dan membantu bawahan mencapai tujuan bersama, bukan hanya memberikan arahan dan kendali.
Referensi
- Northouse, P. G. (2017). Leadership: theory and practice. Sage publications.
- Kouzes, J. M., & Posner, B. Z. (2017). The leadership challenge. John Wiley & Sons.
- Robbins, S. P., Judge, T. A., & DeCenzo, D. A. (2017). Fundamentals of management. Pearson.
- Hersey, P., & Blanchard, K. H. (1993). Management of organizational behavior: utilizing human resources. Prentice-Hall.
- Bass, B. M., & Riggio, R. E. (2006). Transformational leadership (2nd ed.). Psychology Press.
- Blake, S., & Mouton, J. (1985). The managerial grid III: a new look at the classic that has boosted productivity and profits for thousands of corporations worldwide. Gulf Publishing.
- House, R. J. (1971). A path-goal theory of leader effectiveness. Administrative Science Quarterly, 16(3), 321-339.
- Yammarino, F. J. (1991). Transformational and transactional leadership: A meta-analytic test of their relative validity. Journal of Applied Psychology, 76(2), 149.