Ini 4 Fungsi Manajemen Bisnis Menurut Para Ahli

Fungsi Manajemen Bisnis

Fungsi manajemen bisnis sering dianggap sebagai hal yang sepele, padahal merupakan jantung dari setiap perusahaan. Tanpa manajemen yang baik, bisnis bisa berjalan tanpa arah, boros sumber daya, dan akhirnya gagal bersaing. Lalu, apa sebenarnya fungsi manajemen bisnis? Mengapa ia begitu penting?

Apa Itu Manajemen Bisnis?

Menurut Griffin (2017) dalam bukunya Management, manajemen bisnis didefinisikan sebagai “proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien”. Secara lebih sederhana, kita bisa memahaminya sebagai seni mengelola berbagai sumber daya perusahaan mulai dari sumber daya manusia, keuangan, hingga material untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

Analoginya seperti sebuah kapal yang berlayar di tengah samudera. Seperti yang diungkapkan oleh Drucker (2008) dalam The Essential Drucker, “Tanpa manajemen yang baik, organisasi ibarat kapal tanpa nahkoda—bergerak tetapi tanpa tujuan yang jelas, rentan tersesat, atau bahkan tenggelam di tengah badai persaingan”. Manajemen bisnis berperan sebagai nahkoda yang memegang kendali, menentukan arah, dan memastikan setiap awak kapal (karyawan) bekerja sama untuk mencapai pelabuhan tujuan (visi perusahaan).

Konsep ini juga ditegaskan oleh Robbins & Coulter (2018) yang menyatakan bahwa “Manajemen bukan sekadar mengatur, tetapi tentang menciptakan nilai tambah melalui koordinasi optimal seluruh elemen organisasi”. Artinya, manajemen bisnis tidak hanya fokus pada penyelesaian tugas harian, tetapi bagaimana mengoptimalkan setiap sumber daya untuk menciptakan dampak strategis jangka panjang.

Fungsi Manajemen Bisnis Menurut Para Ahli

Para pakar manajemen seperti Henry Fayol dan Ricky W. Griffin telah menyepakati bahwa terdapat empat fungsi fundamental dalam manajemen bisnis yang saling berkaitan dan membentuk suatu siklus yang utuh. Mari kita kupas masing-masing fungsi tersebut.

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan landasan utama yang menjadi titik awal seluruh aktivitas bisnis. Fungsi ini ibarat kompas yang memberikan arah bagi seluruh gerak organisasi. Tanpa perencanaan yang matang, perusahaan akan seperti kapal yang berlayar tanpa tujuan jelas, hanya mengikuti arus dan bereaksi terhadap situasi tanpa strategi yang terukur.

Dalam praktiknya, perencanaan mencakup beberapa elemen krusial. Pertama, penetapan visi dan misi perusahaan yang menjadi landasan filosofis seluruh kegiatan bisnis. Kedua, penentuan tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang yang bersifat spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan memiliki batas waktu (SMART). Ketiga, penyusunan strategi menyeluruh yang mencakup aspek pemasaran, operasional, dan keuangan. Terakhir, identifikasi berbagai potensi risiko beserta solusi antisipatifnya.

Sebagai contoh konkret, bayangkan sebuah startup e-commerce yang menargetkan peningkatan penjualan sebesar 30% dalam waktu satu tahun. Proses perencanaan yang harus mereka lakukan meliputi analisis target pasar untuk menentukan perluasan wilayah pemasaran, penyusunan strategi promosi yang efektif antara diskon besar-besaran atau kampanye iklan digital, serta alokasi anggaran yang proporsional untuk masing-masing aktivitas. Tanpa perencanaan yang komprehensif ini, mustahil bisnis dapat mencapai targetnya secara optimal.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Setelah rencana yang matang disusun, langkah berikutnya adalah pengorganisasian sumber daya untuk mewujudkan rencana tersebut. Fungsi ini merupakan jembatan antara konsep di atas kertas dengan pelaksanaan di lapangan.

Pengorganisasian melibatkan tiga aspek utama. Pertama, pembagian tugas yang jelas ke dalam berbagai departemen seperti pemasaran, SDM, dan produksi. Kedua, penentuan struktur organisasi yang menggambarkan hierarki dan alur tanggung jawab. Ketiga, alokasi sumber daya yang mencakup SDM, dana, dan peralatan pendukung.

Misalnya, ketika sebuah restoran ternama memutuskan untuk membuka cabang baru, proses pengorganisasian yang harus dilakukan meliputi rekrutmen staf baru seperti koki, pelayan, dan kasir; pengadaan peralatan tambahan; serta penentuan manajer yang akan bertanggung jawab atas operasional cabang baru tersebut. Kegagalan dalam pengorganisasian dapat berakibat fatal, mulai dari duplikasi tugas, pemborosan sumber daya, hingga konflik internal yang mengganggu produktivitas.

3. Pengarahan (Directing)

Memiliki rencana brilian dan struktur organisasi yang rapi saja tidak cukup jika tidak diiringi dengan pengarahan yang efektif. Fungsi ini merupakan nyawa yang menghidupkan seluruh kerangka organisasi.

Pengarahan mencakup beberapa dimensi penting. Pertama, kepemimpinan dan motivasi karyawan untuk bekerja dengan optimal. Kedua, pemberian instruksi yang jelas dan terperinci mengenai tugas masing-masing individu. Ketiga, resolusi konflik yang mungkin timbul dalam dinamika kerja. Keempat, pemeliharaan komunikasi yang lancar antar berbagai departemen.

Sebagai ilustrasi, sebuah perusahaan manufaktur yang ingin meningkatkan produktivitas harus melakukan berbagai langkah pengarahan seperti memberikan pelatihan keterampilan, memastikan pemahaman menyeluruh tentang standar kerja, serta menyediakan sistem insentif yang memotivasi. Tanpa pengarahan yang tepat, karyawan dapat bekerja tanpa arah, terjadi miskomunikasi dalam tugas, bahkan kesalahan operasional yang berdampak serius.

4. Pengendalian (Controlling)

Sering diabaikan namun sesungguhnya sangat krusial, fungsi pengendalian merupakan mekanisme pengecekan yang memastikan seluruh aktivitas berjalan sesuai rencana.

Proses pengendalian meliputi tiga tahap utama. Pertama, pemantauan kinerja secara berkala untuk mengevaluasi pencapaian target. Kedua, analisis hasil untuk mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan. Ketiga, implementasi koreksi jika ditemukan penyimpangan dari rencana awal.

Contoh nyata dapat kita lihat pada perusahaan retail yang mengalami penurunan penjualan sebesar 20%. Fungsi pengendalian mengharuskan manajemen untuk melakukan analisis akar masalah seperti evaluasi harga dan persaingan pasar, menyusun strategi perbaikan seperti penyesuaian harga atau peningkatan kualitas produk, serta terus memantau hasil dari solusi yang diimplementasikan. Tanpa mekanisme pengendalian yang baik, perusahaan bisa terus mengalami kerugian tanpa menyadari letak kesalahan yang sebenarnya.

Mengapa Keempat Fungsi Ini Penting?

Keempat pilar manajemen bisnis ini ibarat organ vital dalam tubuh perusahaan yang harus bekerja secara harmonis. Ketika salah satu fungsi terganggu, seluruh sistem bisnis akan mengalami disfungsi yang berpotensi fatal. Mari kita lihat konsekuensi ketika salah satu fungsi diabaikan:

Pertama, bisnis tanpa perencanaan yang matang bagai pelaut yang berlayar tanpa peta. Tanpa visi yang jelas dan strategi yang terukur, setiap keputusan diambil secara reaktif dan sporadis. Perusahaan seperti ini akan terus terombang-ambing di tengah gelombang persaingan bisnis tanpa pernah mencapai pelabuhan kesuksesan.

Kedua, pengorganisasian yang buruk menyebabkan pemborosan sumber daya yang tidak terkendali. Dana menguap sia-sia, SDM bekerja tanpa efisiensi, dan aset perusahaan tidak dimanfaatkan secara optimal. Yang terjadi kemudian adalah duplikasi pekerjaan, tumpang tindih wewenang, dan konflik internal yang menggerogoti produktivitas.

Ketiga, ketiadaan pengarahan yang efektif menciptakan lingkungan kerja yang tidak inspiratif. Karyawan bagai mesin yang bekerja tanpa jiwa – hadir secara fisik namun absen secara mental. Mereka kehilangan motivasi, tidak memahami ekspektasi kinerja, dan akhirnya hanya melakukan pekerjaan secara minimalis tanpa inisiatif.

Keempat, pengabaian fungsi pengendalian merupakan kesalahan paling fatal namun sering diabaikan. Tanpa mekanisme kontrol, kesalahan kecil bisa berkembang menjadi bencana besar sebelum disadari. Perusahaan kehilangan kemampuan untuk melakukan koreksi tepat waktu, sehingga masalah yang sebenarnya bisa diatasi sejak dini justru berubah menjadi krisis yang mengancam kelangsungan bisnis.

Kasus Nyata: Kejatuhan Kodak

Pelajaran paling berharga datang dari kisah Kodak, mantan raja industri fotografi dunia. Ironisnya, perusahaan yang pertama kali menemukan teknologi kamera digital ini justru menjadi korban dari revolusi digital yang mereka ciptakan. Analisis kegagalan Kodak mengungkapkan cacat dalam keempat fungsi manajemen:

  • Kodak terlalu berpuas diri dengan kesuksesan film fotografi tradisional dan tidak merencanakan transisi ke era digital dengan serius.
  • Struktur birokrasi yang gemuk membuat inovasi terhambat. Sumber daya dialokasikan untuk mempertahankan teknologi lama daripada mengembangkan yang baru.
  • Manajemen terus memotivasi tim untuk fokus pada produk film konvensional alih-alih mendorong adaptasi teknologi digital.
  • Mereka terlambat menyadari pergeseran pasar dan tidak melakukan koreksi strategi tepat waktu.

Menurut analisis Anthony (2019) dalam “Digital Disruption”, “Kodak memiliki semua sumber daya untuk memimpin era digital, tetapi kegagalan manajemen strategis membuat mereka menjadi contoh klasik disrupted innovation.” Pada puncaknya tahun 1996, Kodak mempekerjakan 140.000 karyawan dengan valuasi $28 miliar, namun akhirnya mengajukan kebangkrutan pada 2012.

Pelajaran Penting

Kisah Kodak mengajarkan bahwa kesuksesan masa lalu bukan jaminan keberlangsungan di masa depan. Keempat fungsi manajemen harus terus dievaluasi dan disesuaikan dengan dinamika pasar. Perusahaan perlu:

  • Merencanakan skenario jangka panjang dengan fleksibilitas adaptasi
  • Mengorganisir struktur yang lincah dan inovatif
  • Mengarahkan tim dengan visi transformasi digital
  • Mengendalikan perkembangan pasar secara proaktif

Seperti dikemukakan oleh Kotter (2012), “Dalam era disruptif ini, manajemen yang baik saja tidak cukup. Dibutuhkan kepemimpinan transformasional yang mampu menghadapi perubahan dengan berani.” Keempat fungsi manajemen tradisional tetap relevan, namun perlu diperkuat dengan mindset adaptif dan inovatif.

Tantangan dalam Menerapkan Fungsi Manajemen Bisnis

Tidak semua perusahaan bisa menjalankan keempat fungsi manajemen bisnis dengan mulus. Dalam praktiknya, berbagai kendala sering muncul dan menghambat proses pengelolaan bisnis yang optimal.

Salah satu masalah utama adalah perencanaan yang tidak realistis. Banyak perusahaan menetapkan target tinggi tanpa mempertimbangkan kesiapan sumber daya. Akibatnya, alih-alih mencapai tujuan, operasional justru kewalahan karena beban kerja tidak sebanding dengan kapasitas yang dimiliki.

Selain itu, konflik internal sering menjadi penghalang. Kurangnya koordinasi antar-departemen menciptakan kesenjangan dalam eksekusi strategi. Misalnya, tim pemasaran menjanjikan produk tertentu kepada pelanggan, sementara tim produksi tidak memiliki informasi yang sama, sehingga terjadi ketidakselarasan yang merugikan bisnis.

Perubahan pasar yang cepat juga menjadi tantangan serius. Di era digital seperti sekarang, tren bisnis bisa bergeser dalam hitungan bulan. Perusahaan yang lambat beradaptasi akan tertinggal. Contoh nyata adalah bagaimana bisnis tradisional yang gagal beralih ke e-commerce akhirnya kalah bersaing dengan pemain digital.

Faktor lain yang tak kalah krusial adalah keterbatasan SDM. Tidak semua karyawan memiliki keterampilan yang memadai untuk mendukung perkembangan bisnis. Ketika perusahaan ingin mengadopsi teknologi baru, misalnya, sering kali terkendala oleh kurangnya tenaga ahli yang mampu mengoperasikannya.

Lalu, bagaimana solusinya? Fleksibilitas menjadi kunci. Perusahaan harus mampu menyesuaikan strategi dengan cepat ketika situasi berubah. Selain itu, pelatihan karyawan secara berkala sangat penting untuk meningkatkan kompetensi tim. Tidak kalah penting adalah pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi, seperti penggunaan software manajemen proyek atau analisis data untuk pengambilan keputusan yang lebih tepat.

Penutup

Manajemen bisnis bukan sekadar teori, tapi kunci keberhasilan perusahaan. Dengan menerapkan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian, bisnis bisa tumbuh lebih efisien dan siap menghadapi persaingan.

Bagi kamu seorang pebisnis, mulailah mengevaluasi manajemen di perusahaan. Sudah efektifkah keempat fungsi ini berjalan? Jika belum, saatnya memperbaikinya sebelum terlambat.

Baca juga:

Referensi

  • Anthony, S. D. (2019). Digital Disruption: The New Era of Innovation. Harvard Business Review Press.
  • Kotter, J. P. (2012). Leading Change. Harvard Business Review Press.
  • Griffin, R. W. (2017). Management (12th ed.). Cengage Learning.
  • Drucker, P. F. (2008). The Essential Drucker. HarperCollins.
  • Robbins, S. P., & Coulter, M. (2018). Management (14th ed.). Pearson.
Please follow and like us:
Scroll to Top