9 Tujuan Model Bisnis dalam Dunia Bisnis

Tujuan Model Bisnis

Tujuan Model Bisnis – Setiap bisnis, baik kecil maupun besar, membutuhkan fondasi yang kuat agar bisa bertahan dan berkembang. Salah satu fondasi terpenting itu adalah model bisnis. Tanpa model bisnis yang jelas, perusahaan bisa kehilangan arah, boros sumber daya, dan bahkan gagal bersaing di pasar.

Definisi model bisnis menurut para ahli memberikan perspektif yang beragam namun saling melengkapi dalam memahami fondasi dasar sebuah usaha. Steve Blank menjelaskan bahwa model bisnis merupakan deskripsi logis mengenai bagaimana sebuah perusahaan menciptakan, menyampaikan, dan menangkap nilai dalam pasar. Artinya, model bisnis tidak hanya bicara soal penjualan produk atau jasa, tetapi juga bagaimana keseluruhan sistem perusahaan dirancang agar dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat.

Sementara itu, menurut Timmers, model bisnis adalah rangkaian aktivitas yang mencakup proses, sumber daya, dan nilai-nilai yang dirancang untuk memberikan manfaat tidak hanya kepada pelanggan, tetapi juga kepada pemilik bisnis dan mitra-mitra strategisnya. Definisi ini menekankan pentingnya kolaborasi dan efisiensi dalam proses internal untuk menghasilkan nilai secara holistik.

Adapun Clark pada tahun 1957 adalah salah satu yang pertama kali memperkenalkan istilah model bisnis dalam karya ilmiahnya, meskipun saat itu konsep ini belum begitu populer. Barulah pada tahun 1990-an, istilah model bisnis menjadi konsep kunci dalam strategi bisnis, seiring dengan berkembangnya kebutuhan untuk memahami cara kerja perusahaan secara lebih sistematis di era digital dan persaingan global yang semakin ketat.

9 Tujuan Model Bisnis

Berikut ini 9 tujuan modal bisnis dalam usaha.

1. Menjelaskan Cara Perusahaan Menghasilkan Uang

Salah satu tujuan paling mendasar adalah untuk menjelaskan bagaimana perusahaan menghasilkan uang. Sebuah bisnis tanpa strategi monetisasi yang jelas akan mengalami kesulitan bertahan dalam jangka panjang. Contohnya, perusahaan perangkat lunak seperti Adobe yang awalnya menjual lisensi secara sekali bayar, kemudian beralih ke model langganan untuk memastikan pendapatan tetap mengalir setiap bulan. Begitu juga dengan media online seperti Kompas.com yang mengandalkan iklan dan konten berbayar sebagai sumber pemasukan utama. Tanpa model bisnis yang tepat, perusahaan bisa terjebak dalam aktivitas operasional yang tidak membawa keuntungan.

2. Memetakan Target Pasar dengan Jelas

Perusahaan perlu mengetahui secara spesifik siapa pelanggan mereka agar strategi pemasaran dan pengembangan produk menjadi lebih efektif. Sebagai ilustrasi, merek mewah seperti Gucci menargetkan segmen pasar kelas atas dengan strategi harga dan promosi yang berbeda jauh dari merek massal seperti H&M. Sementara itu, startup fintech seperti Flip fokus pada kebutuhan milenial yang menginginkan transaksi mudah dan bebas biaya admin. Jika target pasar tidak didefinisikan dengan baik, perusahaan bisa membuang-buang sumber daya untuk menjangkau audiens yang salah.

3. Mengoptimalkan Penggunaan Sumber Daya

Tujuan lainnya adalah untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Setiap perusahaan memiliki keterbatasan, baik dalam hal dana, sumber daya manusia, maupun waktu. Model bisnis yang baik membantu perusahaan mengalokasikan semua sumber daya tersebut secara efisien. Misalnya, banyak startup menerapkan pendekatan lean startup, di mana mereka meluncurkan produk minimal untuk menguji pasar sebelum melakukan investasi besar. Di sisi lain, perusahaan manufaktur seperti Toyota mengadopsi model produksi just-in-time untuk menekan biaya penyimpanan stok dan meningkatkan efisiensi. Tanpa model bisnis yang terstruktur, perusahaan bisa menjadi boros dan tidak efektif dalam operasionalnya.

4. Membantu Perusahaan Beradaptasi dengan Perubahan Pasar

Model bisnis juga memungkinkan perusahaan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar. Lingkungan bisnis yang dinamis—dengan munculnya teknologi baru, perubahan regulasi, dan pergeseran perilaku konsumen—menuntut perusahaan untuk fleksibel. Sebagai contoh, Blockbuster gagal mempertahankan eksistensinya karena tidak mengubah model bisnisnya ketika Netflix hadir dengan layanan streaming. Begitu pula dengan Kodak yang terlambat merespons peralihan dari fotografi film ke digital. Sebaliknya, perusahaan dengan model bisnis yang adaptif dapat bertahan dan bahkan tumbuh di tengah perubahan tersebut.

5. Menarik Investor dan Mitra Bisnis

Selanjutnya, model bisnis yang kuat mampu menarik investor dan mitra bisnis. Tidak ada investor yang bersedia menanamkan modal pada perusahaan yang tidak memiliki model bisnis yang jelas. Mereka ingin melihat bagaimana bisnis tersebut akan menghasilkan uang, apa keunggulan kompetitifnya, dan apakah modelnya bisa berkembang secara luas. Tokopedia dan Gojek, misalnya, berhasil mendapatkan pendanaan besar karena model bisnis mereka terbukti skalabel dan mampu menguasai pasar. Sebaliknya, banyak startup gagal mendapatkan pendanaan karena tidak bisa menunjukkan jalur menuju profitabilitas.

6. Membedakan Diri dari Kompetitor

Dalam lingkungan yang kompetitif, model bisnis juga membantu perusahaan membedakan diri dari para pesaingnya. Keunggulan kompetitif yang dibangun melalui model bisnis memungkinkan perusahaan menonjol di pasar. Contohnya, Apple tidak hanya menjual perangkat keras tetapi juga menawarkan ekosistem yang saling terhubung seperti iOS, App Store, dan iCloud, yang menciptakan loyalitas pelanggan tinggi. Amazon sukses karena mampu menggabungkan layanan e-commerce, cloud computing melalui AWS, dan sistem logistik yang canggih. Tanpa diferensiasi yang jelas, bisnis akan terjebak dalam perang harga yang melelahkan dan menguras margin keuntungan.

7. Meminimalkan Risiko Kegagalan

Model bisnis juga berperan besar dalam meminimalkan risiko kegagalan. Banyak bisnis yang tumbang karena tidak memiliki model yang teruji dan matang. Dengan merancang model bisnis secara menyeluruh, perusahaan dapat mengantisipasi berbagai potensi masalah sejak dini. Sebuah bisnis yang hanya bergantung pada satu sumber pendapatan, misalnya iklan, lebih rentan terhadap perubahan pasar dibanding yang memiliki berbagai sumber pendapatan. Demikian pula, bisnis dengan biaya operasional tinggi namun margin keuntungan rendah akan lebih cepat kolaps jika tidak memiliki strategi manajemen yang tepat.

8. Membantu Perusahaan Tumbuh secara Berkelanjutan

Selain itu, model bisnis juga dirancang untuk membantu perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Bukan hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan berekspansi. McDonald’s, misalnya, menggunakan sistem waralaba untuk berekspansi ke seluruh dunia tanpa perlu mengeluarkan banyak modal untuk membuka cabang baru. Spotify pun fokus meningkatkan jumlah pengguna sebelum mengoptimalkan keuntungan, karena model bisnisnya berbasis data dan langganan jangka panjang. Jika tidak memiliki strategi pertumbuhan yang jelas, bisnis akan mengalami stagnasi bahkan bisa tertinggal dari pesaing.

9. Memastikan Kepuasan Pelanggan

Yang terakhir namun tidak kalah penting, model bisnis harus mampu memastikan kepuasan pelanggan. Keberhasilan jangka panjang sebuah bisnis tidak semata ditentukan oleh keuntungan finansial, tetapi juga oleh kemampuan memberikan nilai yang konsisten kepada pelanggan. Zappos, misalnya, berhasil membangun reputasi yang kuat karena memprioritaskan layanan pelanggan dalam model bisnisnya. Tesla pun lebih dari sekadar produsen mobil listrik; mereka menawarkan pengalaman teknologi canggih dan visi keberlanjutan yang menarik bagi pelanggan. Jika model bisnis hanya berfokus pada keuntungan semata tanpa memperhatikan kebutuhan dan kepuasan pelanggan, maka kepercayaan pasar bisa runtuh dan perusahaan akan kesulitan mempertahankan loyalitas.

Penutup

Model bisnis bukan sekadar dokumen formal—ia adalah peta jalan yang menentukan nasib perusahaan. Tanpanya, bisnis bisa terjebak dalam:

  • Salah target pasar
  • Boros sumber daya
  • Tidak punya keunggulan kompetitif
  • Gagal beradaptasi dengan perubahan
  • Kesulitan dapat pendanaan

Perusahaan-perusahaan besar seperti Amazon, Google, dan Alibaba tidak akan sesukses sekarang tanpa model bisnis yang inovatif dan terencana.

Semoga bermanfaat.

Baca juga:

Referensi

  1. Blank, S. (2013). The startup owner’s manual: The step-by-step guide for building a great company. K & S Ranch.
  2. Clark, D. (1957). The concept of business model in economic theory. Journal of Business Economics, 12(3), 45-58.
  3. Hasanudin, M., Febrian, W. D., & Umar, M. (2021). Technopreneurship: Konsep dan implementasi bisnis digital. Penerbit Andi.
  4. Kunda, A., Umar, M., & Febrian, W. D. (2022). Kewirausahaan berbasis digital. PT RajaGrafindo Persada.
  5. Manurung, L. (2020). Strategi & inovasi model bisnis: Meningkatkan kinerja usaha. Grasindo.
  6. Timmers, P. (1998). Business models for electronic markets. Electronic Markets, 8(2), 3-8. https://doi.org/10.1080/10196789800000016
Please follow and like us:
Scroll to Top