5 Defenisi Manajemen Isu Menurut Para Ahli

Manajemen Isu Menurut Para Ahli

Manajemen Isu Menurut Para Ahli – Dalam dunia Public Relations (PR), isu ibarat api kecil yang bisa membesar menjadi kebakaran hebat jika tidak dikelola dengan tepat. Setiap perusahaan, organisasi, atau bahkan individu publik pasti pernah menghadapi isu, entah itu keluhan pelanggan, kontroversi kebijakan, atau kritik di media sosial. Jika dibiarkan, isu bisa merusak reputasi yang dibangun bertahun-tahun.

Tapi, apa sebenarnya manajemen isu itu? Bagaimana para ahli mendefinisikannya? Dan yang lebih penting, bagaimana perusahaan bisa menerapkannya secara efektif?

Definisi Manajemen Isu Menurut Para Ahli

Berikut ini beberapa defenisi manajemen isu menurut para ahli nya.

1. W. Howard Chase (1976)

W. Howard Chase dikenal sebagai pelopor konsep “Issue Management” yang memperkenalkan pendekatan sistematis dalam menangani isu. Dalam pandangannya, manajemen isu merupakan proses komprehensif yang mencakup beberapa elemen kunci. Pertama, identifikasi isu yang mengharuskan perusahaan secara aktif mendeteksi potensi masalah baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Kedua, analisis isu untuk menilai sejauh mana dampaknya terhadap operasional dan reputasi perusahaan. Ketiga, penentuan prioritas dengan memilah isu berdasarkan tingkat urgensi dan pengaruhnya. Keempat, pemilihan strategi yang meliputi penentuan pendekatan terbaik, apakah melalui komunikasi, perubahan kebijakan, atau langkah lainnya. Kelima, implementasi program berupa aksi nyata untuk menangani isu tersebut. Terakhir, evaluasi efektivitas untuk memastikan strategi yang diterapkan memberikan hasil optimal. Chase memberikan penekanan khusus bahwa isu yang diabaikan berpotensi berkembang menjadi krisis, sehingga perusahaan perlu secara konsisten memindai lingkungan untuk mendeteksi tanda-tanda masalah sejak dini.

2. US Public Affairs Council (1978)

Lembaga ternama ini mendefinisikan manajemen isu sebagai program yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman perusahaan terhadap proses kebijakan publik sekaligus memperkuat efektivitas keterlibatan manajemen dalam berbagai isu terkait. Definisi ini menggarisbawahi bahwa perusahaan tidak boleh beroperasi dalam ruang hampa, melainkan harus menyadari dinamika sosial, politik, dan ekonomi yang dapat mempengaruhi kelangsungan bisnis. Pendekatan ini menuntut perusahaan untuk lebih proaktif dalam memahami berbagai faktor eksternal yang mungkin menciptakan isu, sekaligus membangun mekanisme untuk terlibat secara konstruktif dalam proses kebijakan publik yang relevan dengan operasional mereka.

3. Baskin & Aronoff (1992)

Dalam karya monumentalnya “Public Relations: The Profession and The Practice”, Baskin dan Aronoff merumuskan manajemen isu sebagai proses identifikasi isu-isu yang bertentangan dengan kepentingan perusahaan diikuti dengan respons melalui kebijakan, program, dan komunikasi yang efektif. Mereka menekankan pentingnya pendekatan holistik dimana perusahaan tidak hanya perlu mengenali isu tetapi juga merancang respons yang tepat. Aspek kunci dalam pandangan mereka adalah prinsip komunikasi dua arah dengan publik dimana perusahaan harus benar-benar mendengarkan keluhan dan masukan dari stakeholders, bukan sekadar memaksakan narasi sepihak. Pendekatan ini dianggap lebih efektif dalam membangun hubungan harmonis antara perusahaan dengan berbagai pihak yang berkepentingan.

4. Tucker & Broom (1993)

Melalui artikelnya di Public Relations Journal, Tucker dan Broom mengartikulasikan manajemen isu sebagai instrumen strategis dengan tiga tujuan utama. Pertama, mempertahankan pangsa pasar yang telah diraih perusahaan. Kedua, mengurangi berbagai risiko potensial yang mengancam operasional bisnis. Ketiga, menciptakan peluang baru yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka merinci beberapa langkah kritis. Perusahaan harus mampu mengantisipasi isu sebelum benar-benar muncul ke permukaan. Kemudian melakukan analisis mendalam terhadap dampak potensial isu tersebut terhadap berbagai aspek perusahaan. Selanjutnya, merekomendasikan strategi yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus memaksimalkan peluang. Terakhir, mengimplementasikan strategi yang telah disusun dan secara berkala mengevaluasi hasil yang dicapai.

5. Cutlip, Center, & Broom (2000)

Dalam buku klasik mereka “Effective Public Relations”, ketiga ahli PR ini menyederhanakan konsep manajemen isu menjadi empat tahap fundamental. Tahap pertama adalah prediksi isu (forecasting) dimana perusahaan berusaha memproyeksikan potensi masalah yang mungkin timbul. Selanjutnya tahap kedua berupa analisis risiko (risk assessment) untuk memahami tingkat ancaman yang dibawa oleh isu tersebut. Tahap ketiga adalah pengambilan keputusan (decision-making) dimana manajemen menentukan langkah strategis yang akan diambil. Tahap terakhir adalah komunikasi (communication) untuk menyampaikan respons perusahaan kepada publik. Yang menarik dari pandangan mereka adalah penekanan bahwa isu tidak selalu bersifat negatif. Dengan pengelolaan yang tepat, isu justru dapat diubah menjadi peluang berharga untuk memperkuat branding dan reputasi perusahaan di mata stakeholders.

adapun defenisi Manajemen isu secara umum adalah proses mengidentifikasi, menganalisis, dan merespons isu-isu yang berpotensi memengaruhi reputasi atau operasional perusahaan. Berbeda dengan manajemen krisis yang bersifat reaktif, manajemen isu lebih proaktif—artinya perusahaan mengambil langkah sebelum masalah meledak.

Tahapan Manajemen Isu

Berdasarkan berbagai pendapat para ahli yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan langkah-langkah praktis dalam menerapkan manajemen isu secara efektif. Proses ini merupakan siklus berkelanjutan yang membutuhkan ketelitian dan kesungguhan dalam pelaksanaannya.

1. Identifikasi Isu

Identifikasi Isu menjadi langkah pertama yang krusial dalam proses manajemen isu. Pada tahap ini, perusahaan perlu secara aktif melakukan pemantauan terhadap berbagai saluran komunikasi, termasuk media massa konvensional, platform media sosial, serta melalui survei langsung kepada publik. Sebagai contoh konkret, sebuah bank yang cermat mungkin akan menyadari adanya peningkatan keluhan nasabah terkait kesulitan dalam melakukan transaksi digital melalui berbagai kanal pengaduan. Kegiatan identifikasi ini tidak boleh dilakukan secara sporadis, melainkan harus menjadi rutinitas yang terstruktur dan terjadwal.

2. Analisis Dampak

Setelah isu berhasil diidentifikasi, langkah berikutnya adalah Analisis Dampak yang mungkin ditimbulkan. Pada fase ini, tim manajemen perlu melakukan penilaian mendalam tentang seberapa besar pengaruh isu tersebut terhadap reputasi perusahaan dan kelancaran operasional bisnis. Mengacu pada contoh bank sebelumnya, jika keluhan nasabah tentang transaksi digital tersebut mulai viral di media sosial, dampak potensialnya bisa sangat serius, mulai dari penurunan kepercayaan publik hingga yang lebih ekstrim adalah gelombang penutupan rekening massal oleh nasabah yang tidak puas. Analisis ini harus mencakup berbagai skenario terburuk yang mungkin terjadi.

3. Prioritaskan Isu

Proses kemudian berlanjut ke tahap Prioritaskan Isu, dimana perusahaan harus membuat penilaian strategis tentang isu mana yang memerlukan penanganan segera. Tidak semua isu memiliki tingkat urgensi yang sama, sehingga diperlukan kemampuan untuk membedakan mana yang benar-benar kritis. Dalam kasus bank tadi, memperbaiki sistem transaksi digital yang bermasalah jelas lebih penting dan mendesak dibandingkan dengan melakukan perubahan pada desain kartu ATM yang mungkin hanya bersifat estetika. Penentuan prioritas ini harus didasarkan pada analisis dampak yang komprehensif.

4. Rencana Aksi

Setelah prioritas ditetapkan, perusahaan perlu menyusun Rencana Aksi yang konkret dan terukur. Rencana ini harus mencakup berbagai aspek penanganan, mulai dari strategi komunikasi yang akan digunakan, perbaikan teknis terhadap produk atau layanan yang bermasalah, hingga membangun kolaborasi dengan berbagai stakeholder terkait. Pada contoh bank, rencana aksi mungkin mencakup beberapa langkah simultan seperti mengumumkan secara terbuka tentang upaya perbaikan sistem yang sedang dilakukan, memberikan kompensasi kepada nasabah yang mengalami gangguan, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan call center untuk menangani keluhan dengan lebih efektif.

5. Implementasi & Evaluasi

Tahap akhir dalam siklus ini adalah Implementasi & Evaluasi, dimana semua rencana yang telah disusun dieksekusi dengan penuh tanggung jawab, kemudian hasilnya dipantau secara berkala. Implementasi harus dilakukan dengan penuh kesungguhan dan melibatkan semua unit terkait dalam perusahaan. Setelah implementasi, evaluasi perlu dilakukan untuk mengukur efektivitas langkah-langkah yang telah diambil. Dalam contoh bank, setelah melakukan berbagai perbaikan sistem, manajemen dapat melakukan survei kepuasan nasabah untuk menilai apakah langkah-langkah yang diambil telah berhasil memulihkan kepercayaan nasabah dan menyelesaikan masalah yang ada. Hasil evaluasi ini kemudian dapat menjadi bahan untuk perbaikan berkelanjutan.

Setiap tahapan dalam proses manajemen isu ini saling terkait dan membentuk suatu siklus yang berkesinambungan. Perusahaan yang mampu menjalankan seluruh tahapan ini dengan baik akan memiliki ketahanan yang lebih kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dan isu yang mungkin muncul di masa depan. Kunci keberhasilannya terletak pada konsistensi pelaksanaan dan kesediaan untuk terus belajar serta beradaptasi dengan perkembangan situasi.

Penutup

Manajemen isu bukan sekadar teori—ini adalah seni mengubah ancaman menjadi peluang. Dari definisi para ahli, kita belajar bahwa:

  • Isu harus dideteksi sejak dini.
  • Komunikasi dua arah adalah kunci.
  • Strategi harus disesuaikan dengan tingkat urgensi.

Perusahaan yang sukses bukan yang bebas dari masalah, tapi yang pandai mengelola isu sebelum jadi krisis.

Baca juga:

Referensi

  1. Baskin, O., & Aronoff, C. (1992). Public relations: The profession and the practice (3rd ed.). Brown & Benchmark.
  2. Chase, W. H. (1976). Issue management conference: A special report. Corporate Public Issues and Their Management, 1(1), 1-3.
  3. Cutlip, S. M., Center, A. H., & Broom, G. M. (2000). Effective public relations (8th ed.). Prentice-Hall.
  4. Public Affairs Council. (1978). The fundamentals of issue management. Public Affairs Council.
  5. Tucker, K., & Broom, G. (1993). Managing issues acts as bridge to strategic planning. Public Relations Journal, 49(11), 38-40.
Please follow and like us:
Scroll to Top