Inilah 5 Fungsi Manajemen Keuangan bagi Bisnis

Fungsi Manajemen Keuangan

Fungsi Manajemen Keuangan – Setiap bisnis, baik skala kecil maupun korporasi besar, pasti punya satu mimpi yang sama: tumbuh dan menghasilkan keuntungan maksimal. Tapi berapa banyak yang benar-benar mencapai itu? Faktanya, banyak perusahaan gagal bukan karena produk buruk atau pasar lesu, tapi karena manajemen keuangan yang amburadul.

Pernah dengar cerita startup yang tiba-tiba bangkrut padahal omsetnya miliaran? Atau usaha UMKM yang sebenarnya laris, tapi uangnya selalu habis tanpa jelas kemana? Itu semua bermuara pada satu masalah: pengelolaan keuangan yang salah.

Manajemen keuangan bukan sekadar catat-mencatat uang masuk dan keluar. Ini tentang strategi, kontrol, dan keputusan yang menentukan hidup-mati bisnis. Bila dijalankan dengan benar, bisnis bisa mencapai puncak industri. Jika diabaikan, kebangkrutan adalah akhir yang nyaris pasti.

Apa Itu Manajemen Keuangan?

Secara sederhana, manajemen keuangan adalah proses perencanaan, pengelolaan, pengendalian, dan pelaporan keuangan sebuah perusahaan. Tapi jangan salah, ini bukan pekerjaan “akuntansi biasa”. Manajemen keuangan melibatkan:

  • Analisis risiko – Apakah suatu pengeluaran worth it?
  • Strategi pendanaan – Cari modal dari mana? Utang atau investor?
  • Pengelolaan aset – Bagaimana memaksimalkan properti, mesin, atau saham perusahaan?
  • Pengawasan cash flow – Jangan sampai profit tinggi tapi uangnya habis di tempat salah.

Bayangkan perusahaan seperti tubuh manusia. Uang adalah darahnya. Jika alirannya lancar, tubuh sehat. Jika tersumbat atau bocor, bisa kolaps. Manajemen keuangan adalah jantung yang memompa dan mengatur aliran itu. Oleh karena itu, penting bagi setiap perusahaan untuk memiliki tim manajemen keuangan yang kompeten dan terlatih.

5 Fungsi Manajemen Keuangan yang Menentukan Nasib Bisnis

Berikut ini 5 fungsi manajemen keuangan yang menentukan nasib bisnis kamu.

1. Perencanaan (Planning)

Banyak pengusaha terjun ke bisnis dengan semangat tinggi, tapi lupa membuat rencana keuangan yang matang. Akibatnya? Uang keluar tak terkendali, profit yang seharusnya bisa diraih malah menguap, dan bisnis terjebak dalam situasi “hidup segan, mati tak mau”.

Perencanaan keuangan bukan sekadar mencatat pengeluaran dan pemasukan. Ini tentang menyusun strategi komprehensif yang mencakup pembuatan anggaran bulanan, prediksi arus kas, strategi pendanaan, dan proyeksi laba-rugi. Tanpa perencanaan yang jelas, bisnis berjalan tanpa arah, seperti kapal tanpa kompas di tengah lautan.

Contoh yang sering terjadi, sebuah restoran baru dibuka dengan modal 200 juta. Pemiliknya begitu bersemangat sampai lupa menghitung bahwa di bulan pertama saja, pengeluaran untuk sewa tempat, gaji karyawan, dan bahan baku bisa mencapai 150 juta. Tanpa perhitungan matang, di bulan ketiga uang sudah habis sebelum bisnis sempat balik modal.

Inilah mengapa perencanaan menjadi fungsi pertama dan paling krusial. Tanpanya, bisnis hanya mengandalkan keberuntungan.

2. Penganggaran (Budgeting)

Pernah mengalami situasi dimana uang sebesar-besarnya tiba-tiba habis tanpa di sadari? Itu pertanda fungsi penganggaran tidak berjalan dengan baik.

Penganggaran adalah proses mengalokasikan dana untuk setiap kebutuhan bisnis secara proporsional. Mulai dari biaya operasional seperti gaji karyawan dan listrik, biaya produksi termasuk bahan baku dan perawatan mesin, hingga anggaran pemasaran untuk iklan dan promosi. Yang tak kalah penting adalah menyisihkan dana cadangan untuk situasi darurat.

Kesalahan fatal yang sering dilakukan pebisnis pemula adalah mencampur uang pribadi dengan uang bisnis. Praktek ini membuat cash flow menjadi kacau balau. Kesalahan lain adalah tidak memiliki prioritas pengeluaran, sehingga dana dialokasikan untuk hal-hal tidak urgent sementara kebutuhan penting terbengkalai.

Solusinya sederhana tapi membutuhkan disiplin tinggi: buat anggaran detail untuk setiap pos pengeluaran, patuhi dengan ketat, dan catat setiap transaksi secara rinci. Dengan begitu, kamu selalu tahu kemana saja uang bisnis mengalir.

3. Pengendalian (Controlling)

Kamu sudah menyusun rencana keuangan yang matang dan membuat anggaran yang detail. Tapi apakah pengeluaran benar-benar sesuai dengan yang direncanakan? Di sinilah fungsi pengendalian memainkan peran vitalnya.

Fungsi pengendalian mencakup pengawasan terhadap berbagai aspek keuangan bisnis. Mulai dari memastikan pembelian barang benar-benar sesuai kebutuhan dan tidak ada markup harga yang tidak wajar, memonitor biaya-biaya tak terduga yang bisa diantisipasi, hingga mengelola utang dan piutang agar tidak menumpuk dan menjadi beban.

Sebuah toko online menggelontorkan 50 juta untuk kampanye iklan Google Ads. Setelah sebulan berjalan, penjualan tidak menunjukkan peningkatan signifikan. Setelah dilakukan pengecekan, ternyata target audiens yang dipilih salah sama sekali. Tanpa fungsi pengendalian yang baik, 50 juta itu bisa terbuang percuma tanpa menghasilkan konversi yang berarti.

Pengendalian keuangan yang ketat ibarat sistem imun bagi bisnis Anda. Tanpanya, virus pemborosan akan dengan mudah menggerogoti kesehatan keuangan perusahaan.

4. Pemeriksaan (Auditing)

Banyak orang mengerutkan kening ketika mendengar kata audit, menganggapnya sebagai sesuatu yang menyeramkan dan merepotkan. Padahal, audit justru merupakan sahabat terbaik bagi bisnis Anda.

Fungsi pemeriksaan atau auditing mencakup verifikasi terhadap seluruh transaksi keuangan untuk memastikan setiap pembelian didukung bukti yang valid, mencocokkan laporan keuangan dengan kondisi riil di lapangan, serta mendeteksi kemungkinan adanya kecurangan atau penggelapan dana oleh oknum tertentu.

Fakta yang mengejutkan menurut data dari Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), bisnis rata-rata kehilangan 5% pendapatannya setiap tahun akibat tindakan kecurangan. Yang lebih mencengangkan, pelakunya seringkali justru berasal dari dalam perusahaan sendiri, bisa dari karyawan bahkan manajemen.

Tanpa audit yang rutin dan menyeluruh, bisnis bisa mengalami kebocoran dana besar-besaran tanpa di sadari. Audit bukan tentang tidak percaya, tapi tentang memastikan segala sesuatu berjalan transparan dan akuntabel.

5. Pelaporan (Reporting)

Banyak pelaku bisnis menganggap laporan keuangan hanya sebagai formalitas untuk memenuhi kewajiban pajak. Pandangan ini sangat keliru. Laporan keuangan sebenarnya adalah alat vital untuk mengambil keputusan strategis bisnis.

Laporan keuangan yang baik setidaknya harus mencakup tiga komponen utama: Laporan Laba Rugi yang menunjukkan apakah bisnis untung atau buntung, Neraca Keuangan yang menggambarkan posisi aset, utang, dan modal perusahaan, serta Laporan Arus Kas yang memetakan dari mana uang masuk dan kemana saja mengalir.

Contoh manfaat laporan keuangan ketika laba menunjukkan tren penurunan, pemilik bisnis bisa segera mengambil langkah efisiensi biaya. Bila piutang menumpuk, bisa segera dilakukan penagihan lebih agresif. Dan ketika kas menipis, pengeluaran besar bisa ditunda dulu.

Tanpa laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu, bisnis seperti mengemudi di malam hari tanpa lampu dashboard. Kamu tidak akan pernah tahu apakah sedang melaju dengan aman atau justru menuju jurang.

Kenapa Manajemen Keuangan Sering Gagal?

Meskipun fungsi manajemen keuangan sudah jelas dan terbukti penting, nyatanya masih banyak bisnis baik skala kecil maupun besar yang akhirnya kolaps karena kesalahan fatal dalam pengelolaan keuangan. Apa saja penyebab utamanya?

1. Tidak Disiplin dalam Pencatatan

Banyak pengusaha, terutama pemula, sering menganggap remeh pentingnya mencatat setiap transaksi. Ungkapan seperti, “Ah, transaksi kecil nggak usah dicatat,” atau “Nanti saja, yang penting uangnya masuk,” justru menjadi bibit masalah. Ketika lalai mencatat, arus kas menjadi tidak terkontrol. Uang yang seharusnya bisa dilacak dengan mudah tiba-tiba “hilang” tanpa jejak.

Misalnya seorang pemilik warung makan merasa omsetnya besar setiap hari, tapi entah mengapa uangnya selalu habis tanpa sisa. Setelah dicek, ternyata banyak transaksi kecil seperti belanja bumbu atau bayar parkir tidak tercatat. Akibatnya, laba yang seharusnya bisa dihitung dengan jelas malah menguap begitu saja.

2. Mencampur Uang Pribadi dan Bisnis

Ini adalah kesalahan klasik yang sering dilakukan pelaku usaha kecil. Mereka menganggap, “Kan uang saya sendiri, mau dipakai apa saja terserah.” Padahal, kebiasaan ini sangat berbahaya. Ketika uang pribadi dan bisnis tidak dipisahkan, sulit untuk melacak berapa sebenarnya profit yang dihasilkan.

Akibatnya, uang bisnis sering kali terpakai untuk kebutuhan pribadi seperti liburan, belanja kebutuhan rumah tangga, atau bayar tagihan pribadi. Ketika bisnis membutuhkan dana segar, saldo sudah kosong karena tidak terkontrol.

3. Tidak Menyiapkan Dana Darurat

Banyak pebisnis terlalu fokus pada profit harian atau bulanan, tapi lupa menyisihkan dana untuk situasi darurat. Padahal, dalam bisnis, risiko selalu ada mulai dari mesin rusak, stok barang terbakar, hingga penurunan penjualan tiba-tiba.

Tanpa dana cadangan, bisnis bisa langsung kolaps saat menghadapi masalah. Misalnya, sebuah bengkel kecil tiba-tiba harus mengganti peralatan senilai 20 juta karena mesin utama rusak. Jika tidak punya dana darurat, mau tidak mau harus berutang atau bahkan gulung tikar.

4. Terlalu Percaya pada Orang Lain Tanpa Pengawasan

Kejujuran adalah hal yang mahal. Sayangnya, tidak semua karyawan atau rekan bisnis memiliki integritas yang sama. Banyak kasus kecurangan keuangan terjadi justru dari dalam perusahaan sendiri—mulai dari mark-up harga, penggelapan dana kas kecil, hingga pemalsuan laporan.

Contoh, sebuah toko retail memiliki kasir yang sudah bekerja selama 5 tahun. Karena merasa sudah dipercaya, pemilik jarang mengecek laporan keuangan secara detail. Ternyata, si kasir telah memotong nominal pembayaran pelanggan dan menyimpan selisihnya untuk diri sendiri. Kerugiannya? Ratusan juta dalam setahun.

5. Tidak Melakukan Evaluasi Berkala

Banyak bisnis hanya fokus pada operasional harian tanpa pernah mengevaluasi kondisi keuangan secara rutin. Mereka baru sadar ada masalah ketika kerugian sudah menumpuk atau kas sudah kosong.

Evaluasi keuangan seharusnya dilakukan secara berkala baik harian, mingguan, atau bulanan untuk memastikan bahwa bisnis tetap pada jalurnya. Tanpa evaluasi, Anda tidak akan pernah tahu apakah strategi pemasaran bekerja, apakah pengeluaran sudah efisien, atau apakah ada kebocoran yang harus segera ditutup.

Lalu, Bagaimana Solusinya?
Bila mengenali salah satu (atau beberapa) masalah di atas dalam bisnis kamu, segera ambil tindakan:

  • Buat sistem pencatatan yang disiplin, bisa menggunakan aplikasi atau software akuntansi sederhana.
  • Pisahkan rekening pribadi dan bisnis untuk memudahkan pelacakan keuangan.
  • Sisihkan minimal 10% dari profit sebagai dana darurat.
  • Lakukan cross-check dan audit internal secara berkala, bahkan jika kamu sudah mempekerjakan orang kepercayaan.
  • Jadwalkan evaluasi keuangan rutin, minimal sebulan sekali, untuk memastikan bisnis tetap sehat.

Penutup

Seandainya kamu ingin bisnis tidak sekadar hidup, tapi berkembang, manajemen keuangan adalah kunci utamanya. Mulai dari:

  • Rencanakan dengan matang
  • Alokasikan dana dengan bijak
  • Kontrol setiap pengeluaran
  • Audit untuk hindari kebocoran
  • Buat laporan untuk evaluasi

Jangan tunggu sampai masalah datang. Kelola keuangan bisnis kamu sekarang juga, atau bersiaplah menghadapi risiko terburuk. Demikianlah ulasan tentang fungsi manajemen keuangan, semoga bermanfaat.

Baca juga:

Referensi

  1. Sitinjak, C., & Aaltje Johanna, A. (2023). Financial Management: A System of Relations for Optimizing Enterprise Finances – a Review. https://doi.org/10.55849/jmf.v1i3.104
  2. Rashid, N., Mahmod, M. S., Afthanorhan, A., Endut, W. A., Yaakub, N., Harun, M. H., Othman, A. R., & Salleh, S. I. (2019). The Responsibilities of Financial Fraud Activities Among of Auditor in the Business Organizations. The International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences. https://doi.org/10.6007/IJARBSS/V8-I12/5266
  3. Recchia, R. (2022). Paying for top surgery is like going to debtor’s prison, and: Remi with Ghost & Joan of Arc (review). Cream City Review. https://doi.org/10.1353/ccr.2022.0054
  4. Wells, J. T. (2002). Personal Purchases: Maintain Your Standards on Routine Business Tasks or Suffer the Consequences. Journal of Accountancy.
Please follow and like us:
Scroll to Top