Apa Itu Data Loss Prevention? Cara Kerja, Jenis, dan Alat DLP

Data Loss Prevention

Data Loss Prevention adalah serangkaian kebijakan, teknik, dan teknologi yang dirancang untuk mencegah hilangnya atau bocornya informasi sensitif milik perusahaan. Solusi Data Loss Prevention (DLP) mencakup proses deteksi, pemantauan, dan penghentian aliran data serta koneksi yang dianggap tidak sah oleh perusahaan. DLP juga bertugas mencegah pengguna menghapus data sensitif perusahaan, baik disengaja maupun tidak. Selain itu, DLP melindungi data perusahaan dari serangan eksternal dan jaringan yang tidak aman.

DLP bertujuan untuk memastikan bahwa informasi sensitif tidak keluar dari jaringan komputer perusahaan dan hanya diakses oleh pihak internal atau karyawan yang berwenang. Informasi yang dilindungi meliputi data finansial, informasi pelanggan dan karyawan, data hak kekayaan intelektual perusahaan, dan lain-lain.

Proses kerja DLP mengikuti aturan atau kebijakan perusahaan dalam mendeteksi aliran data yang tidak sah. Contohnya, jika seorang karyawan mencoba mengirim email yang berisi informasi sensitif perusahaan ke pihak eksternal, DLP akan menghentikan pengiriman tersebut untuk mencegah kebocoran data.

Cara Kerja Data Loss Prevention

Cara kerja Data Loss Prevention (DLP) beroperasi dengan cara yang rumit namun terstruktur untuk mendeteksi, melindungi, dan mengamankan data sensitif dari risiko kebocoran atau penggunaan yang tidak sah.

Berikut adalah beberapa tahap umum dalam cara kerja DLP:

1. Pengenalan Data Sensitif

Langkah awal dalam proses DLP adalah mengidentifikasi jenis-jenis data yang dianggap sensitif dan memerlukan perlindungan. Ini bisa termasuk informasi pribadi seperti nomor identitas, data finansial seperti nomor kartu kredit, atau informasi rahasia perusahaan seperti rancangan produk atau rencana strategis.

2. Pemantauan dan Pengawasan

DLP secara terus-menerus memantau aliran data di dalam dan keluar dari jaringan perusahaan. Ini mencakup berbagai saluran komunikasi seperti email, transfer file, pesan instan, dan aktivitas lainnya. Teknik-teknik seperti inspeksi konten, analisis pola, dan pembatasan akses digunakan untuk mengidentifikasi potensi pelanggaran keamanan.

3. Deteksi Pelanggaran

Setelah data sensitif diidentifikasi dan pemantauan dimulai, DLP bekerja untuk mendeteksi perilaku atau tindakan yang melanggar kebijakan keamanan yang telah ditetapkan. Ini bisa termasuk upaya untuk mentransfer data secara tidak sah, percobaan akses dari lokasi yang tidak diizinkan, atau aktivitas lain yang menunjukkan potensi ancaman keamanan.

4. Tindakan Perlindungan

Ketika pelanggaran keamanan terdeteksi, DLP mengambil tindakan untuk menanggulangi atau menghentikan tindakan yang tidak sah tersebut. Ini bisa melibatkan pemblokiran transfer data, memberikan peringatan kepada pengguna, atau secara otomatis menghapus informasi sensitif untuk mencegah akses yang tidak sah.

5. Pelaporan dan Audit

Sebagai tahap terakhir, DLP menyediakan laporan mendetail tentang semua aktivitas keamanan yang terjadi di jaringan. Laporan ini memungkinkan tim keamanan untuk menganalisis pola serangan, mengevaluasi efektivitas kebijakan keamanan yang ada, dan melakukan perbaikan untuk mengatasi celah keamanan yang teridentifikasi.

Dengan demikian, DLP bukan hanya berfungsi sebagai benteng pertahanan terhadap kebocoran data, tetapi juga sebagai sistem yang proaktif dalam mengamankan informasi sensitif perusahaan dari berbagai potensi ancaman keamanan.

Jenis-jenis DLP

Ada tiga jenis utama DLP yang biasanya diterapkan oleh perusahaan:

1. DLP Endpoint

Fokus pada perlindungan data pada perangkat pengguna akhir seperti komputer, laptop, dan perangkat mobile. DLP Endpoint mencegah data sensitif keluar dari perangkat ini tanpa izin.

2. DLP Network

Berfokus pada pemantauan dan perlindungan data yang bergerak melalui jaringan perusahaan. Ini mencakup email, transfer file, dan lalu lintas internet.

3. DLP Storage

Menyasar perlindungan data yang disimpan di server, database, dan sistem penyimpanan lainnya. Ini memastikan bahwa data sensitif yang disimpan aman dari akses yang tidak sah.

Alat DLP yang Populer

Ada banyak alat DLP yang tersedia di pasaran, masing-masing dengan fitur dan keunggulan tersendiri. Berikut beberapa di antaranya:

1. Symantec DLP

Salah satu alat DLP yang paling populer dan komprehensif, menyediakan solusi untuk endpoint, jaringan, dan penyimpanan data.

2. McAfee Total Protection for DLP

Menawarkan perlindungan data yang luas dengan kemampuan untuk mengidentifikasi dan melindungi data sensitif di berbagai lingkungan.

3. Forcepoint DLP

Dikenal karena kemampuannya dalam pemantauan dan pelaporan yang rinci, serta perlindungan terhadap ancaman internal dan eksternal.

4. Digital Guardian

Menyediakan solusi DLP untuk berbagai jenis data dan lingkungan, termasuk endpoint, jaringan, dan cloud.

Praktik Terbaik dalam Penerapan DLP

Untuk menerapkan DLP secara efektif, berikut beberapa praktik terbaik yang bisa dilakukan:

1. Klasifikasi Data Berdasarkan Konteks

Klasifikasikan data berdasarkan aplikasi yang menghasilkannya, lokasi penyimpanan, atau pengguna yang membuat data tersebut. Hal ini membantu dalam menentukan nilai dan kepentingan dari penggunaan data tersebut.

2. Pelatihan dan Bimbingan

Pelatihan dapat mengurangi risiko kehilangan data yang tidak disengaja oleh anggota tim internal. Solusi DLP canggih sering kali dilengkapi dengan fitur pesan yang memberi peringatan kepada pengguna jika penggunaan data melanggar kebijakan perusahaan.

3. Pemahaman Tentang Penggunaan Data

Penting bagi organisasi untuk memahami bagaimana data digunakan untuk mengidentifikasi perilaku berisiko. Memantau pergerakan data adalah bagian penting dari strategi untuk mengawasi aktivitas yang terkait dengan data sensitif.

4. Menentukan Prioritas Perlindungan Data

Fokuskan strategi DLP untuk melindungi data yang memiliki dampak paling besar jika dicuri atau bocor. Menetapkan tujuan yang jelas akan membantu dalam menyusun strategi yang tepat untuk menerapkan solusi DLP dengan efektif.

5. Menetapkan KPI dan Metrik Keberhasilan

Tentukan dan monitor Key Performance Indicators (KPI) untuk mengukur keberhasilan implementasi DLP dan area di mana perbaikan dapat dilakukan. Bagikan metrik ini kepada pimpinan organisasi untuk menunjukkan nilai tambah dari implementasi DLP.

Implementasi Data Loss Prevention memerlukan komitmen dan investasi, namun hasilnya akan memberikan perlindungan yang berkelanjutan terhadap data sensitif organisasi Anda. Teruslah beradaptasi dengan teknologi terbaru dan praktik terbaik untuk memastikan bahwa data Anda selalu terlindungi. Dalam jangka panjang, DLP tidak hanya akan melindungi data, tetapi juga akan memperkuat fondasi keamanan dan kepercayaan dalam organisasi.

Baca juga:

Referensi

Berikut ini adalah daftar referensi dalam format APA untuk artikel tentang “Data Loss Prevention”:

  1. Blyth, A., & Kovacich, G. L. (2005). Information assurance: Security in the information environment (2nd ed.). Springer.
  2. Chandola, V., Banerjee, A., & Kumar, V. (2009). Anomaly detection: A survey. ACM Computing Surveys (CSUR), 41(3), 1-58. https://doi.org/10.1145/1541880.1541882
  3. Gantz, J., & Reinsel, D. (2011). Extracting value from chaos. IDC iView: IDC Analyze the Future, 2007(1), 1-12. Retrieved from https://www.emc.com/collateral/analyst-reports/idc-extracting-value-from-chaos-ar.pdf
  4. Harkins, R. J. (2009). Business continuity planning: A project management approach. Auerbach Publications.
  5. McElroy, J., Malhotra, N., & Luchs, M. G. (2012). Social media: Contrasting the theories of techno-optimism and techno-pessimism. Australasian Marketing Journal (AMJ), 20(3), 205-214. https://doi.org/10.1016/j.ausmj.2012.05.004
  6. Ristenpart, T., Tromer, E., Shacham, H., & Savage, S. (2009). Hey, you, get off of my cloud: Exploring information leakage in third-party compute clouds. In Proceedings of the 16th ACM Conference on Computer and Communications Security (pp. 199-212). ACM. https://doi.org/10.1145/1653662.1653687
  7. Siponen, M., & Vance, A. (2010). Neutralization: New insights into the problem of employee information systems security policy violations. MIS Quarterly, 34(3), 487-502. https://doi.org/10.2307/20721401
  8. Solms, R. V., & Solms, B. V. (2009). Information security governance: A practical development and implementation approach. Auerbach Publications.
Scroll to Top